
Hadiah berharga ketiga yang Allah berikan adalah, memiliki seorang kakek. Aku panggil dia Opa. Panggilan Opa dalam keluarga dalah hal yang biasa. Karena kakek berdarah Gorontalo-Belanda. Dia, ayah dari mama. Sumber inpirasi dalam hidup. Dia sosok yang sulit untuk diungkapkan kebaikannya. Sebab, kebaikannya terlampau banyak. Bukan karena aku terlalu mengaguminya. Namun, fakta itu memang benar adanya.
Dia menjadi salah satu strong why, mengapa aku ingin mencontoh sosoknya. Dulu, sejak aku lulus kuliah D3 ada banyak cinta yang kita abadikan dalam bentuk karya. Buatku salah satu pengalaman yang amazing adalah saat Kami berkolaborasi dengan partai tertentu untuk memberikan 1000 beasiswa untuk pemuda pemudi di Jakarta. Dari pedaftaran 1000, ada 600 mahasiswa yang Kami antrakan untuk bisa mengecap manisnya dunia pendidikan.
Aku mengalami banyak hal hal amazing. Saat itu aku tahu, bagaimana harus berhati hati saat mengentri database mahasiswa. Bagaimana tidak saat prosesnya ada penulisan nama mahasiswa yang sama, ternyata usut punya usut orangnya berbeda. Dibutuhkan ketelitian yang sangat extra memang. Sebab, jika tidak teliti hal ini berhubungan dengan diterbitkannya nomor induk mahasiswa (NIM).
Keseruan selanjutanya adalah saat mempersiapakan semua hal tentang ospek, kuliah umum, proses belajar mengajar, mengatur jadwal kuliah dan berkolaborasi dengan banyak dosen, menerbitkan KRS, KHS, membuat jadwal ujian, UTS, UAS. Tak jarang harus menghadapi komplain dari mahasiswa. Dan yang paling mengharukan adalah saat mempersiapkan jadwal sidang, yudisium hingga mengantarkan mereka wisuda.
Tidak sampai disana, opa juga memiliki proyek kebaikan lainnya. Memberikan beasiswa untuk anak anak Jakrta lainnnya. Di luar itu, Opa juga bekerjasama dengan mahasiswanya di NTB, Cirebon, Gorontalo, Manado, Halmahera Utara, Kebumen untuk memberikan beasiswa dengan pembayaran yang terjangkau bahkan sebagian dari luar daerah banyak yang mendapatkan beasiswa 100 %.
Sekarang opa sudah berpulang. Hanya jasanya yang terkenang. Sedang di sini, ada banyak cinta yang masih harus diperjuangkan. Opa, setiap cinta itu kebaikan. Cinta itu akan terus terkembang, sebagai hadiah untukmu. Aku ingin sepertimu. Menebar cinta tanpa pamrih. Menebar cinta tanpa pilih kasih. Kau menguatkan yang papa.
Terima kasih opa, sudah menjadi contoh dan bukti nyata dalam hidupku. Betapa usiamu, hanya digunakann untuk memikirkan dan membantu orang lain. Nasehatmu, saat kita memikirkan banyak orang, ada banyak orang memikirkan kita. Amanatmu, saat orang lain menjatuhkanmu, mundurlah selangkah kemudian melajulah sepuluh langkah.
Rabby, terima kasih atas hadiah terindahnya. Begitu banyak nikmat yang Engkau berikan kepadaku. Dan Engkau menyeru bahwa Kami, aku hambaMu ini tidak akan mampu mengitung banyaknya nikmat dariMu. Itu sebabnya aku meminta, “Rabby, jadikan hamba manusia yang pandai bersyukur”.