Mata Mata

Mata Mata

Mata mata itu tertuju padamu, padanya, mereka
Sayangnya, mata Sang Penguasa itu terbuka namun tak bisa melihat. Matanya buta.

Adalagi saksi mata yang kehilangan matanya. Cerita itu ditulis oleh penulis tersohor. Katanya, saksi mata itu kehilangan matanya. Dibuat buta oleh para elit. Matanya dicongkel lalu dibuat tengkleng. Lidahnya dipotong agar tidak bisa menyuarakan keadilan.

Apa susahnya sekedar mendengar jeritan rakyat. Apa sulitnya meluangkan waktu untuk mendengar. Berdiskusi. Apa semua orang ketika berkuasa kehilangan telinganya? Hingga tak punya waktu untuk mendengar. Atau, Mendengar itu hanya formalitas saja. Setelahnya masalah biarkan berlalu.

Kembali ke mata.
Hati hati dengan mata mata. Mata yang selalu mencari kesalahan orang lain. Hingga lupa melihat diri sendiri.  Mata yang menjadi mata mata, atau mata mata yang tak punya mata.

Mata yang digunakan untuk mengawasi para pemberontak. Berdalih semua apa yang mereka ucapkan menjadi tanggung jawab antara dia dan Tuhannya. Bukan urusan kita. Nyatanya matanya masih mencari banyak celah dari kekurangan orang lain.

Kemudian, dia hilang akal. Menganggap semua bisa dikendalikan oleh kekuasaan. Dia menganggap semua rakyat yang menyuarakan keadilan, kebenaran, atau bahkan pendapat yang berbeda adalah perlawanan. Hal itu yang menyebabkan penguasa kehilangan mata dan telinganya. Itu sebabnya ia tak bisa melihat. Walau memiliki sepasang mata dan telinga. Matanya buta. Telinganya tuli.

Ssssstttttt….
Sudahlah tak usah bersuara, nanti kau mati. Seperti saksi mata yang datang tanpa mata.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *