Hadiah berharga yang aku terima dari Allah salah satunya adalah seorang ayah. Hingga tak ada waktu untuk mengutuk sebuah proses dalam perjalanannya. Iya. Memiliki ayah, dengan kasih sayang, keikhlasan, air mata, dan tawa.
Dia adalah bukti cinta sebab CintaNya. Dia, seorang ayah, yang tidak banyak bicara. Suka memberi nasehat, penyanyang, paling suka memberi reward untuk sebuah prestasi. Jarang sekali melempar amarah. Dia lelaki manis. Iya. Dia ayahku. Ketika marah, marahnya menyadarkanku, betapa besar kasih sayangnya. Kedisiplinan yang diajarkannya menjadi bekal sampai saat ini.
Dulu…
Aku paling marah saat diminta membersihkan kamar mandi. Membersihkan selokan, membersihkan kaca jendela, mencuci sepeda motornya. Membersihkan sepatu kerjanya, membersihkan mobil. Ternyata …
Saat ini semua didikannya sangat bermanfaat. Aku tidak lagi jijik saat membersihkan hal hal yang kotor. Dalam keadaan marahpun, dia selalu menyelipkan nasehat, agar aku tidak meninggalkan sholat wajib dan menambah sholat sunnah . Dia, iya dia. Terlalu spesial dalam hidupku.
Dia….
seorang laki laki yang aku cintai sampai saat ini. Dia, adalah salah satu alasanku mengapa harus berbuat baik. Dia, adalah kenangan indah. Air mata ini, tidak pernah kering saat mengingatnya. Lelaki pejuang. Pekerja keras yang bertanggungjawab. Dia, aku sangat merindukannya. Dan aku bersyukur dengan rindu ini. Tenanglah, karena rindu ini tetap sama seperti dulu. Tersenyumlah, karena cinta ini tidak pernah berubah.
Terima kasih ayah, atas semua cinta yang pernah Kau berikan. Tanpamu, aku tidak bisa sekuat saat ini. Tanpamu entah seperti apa jadinya aku. Terima kasih atas semua nasehatnya. Kau adalah cerita yang tidak akan pernah usai. Walau kita tak selamanya memiliki usia. Kau adalah cerita yang tidak akan pernah jemu walau saat ini kita tak bisa bertemu. Meski kisah kita diulang, kau tak akan pernah hilang dan lekang oleh waktu.
Ayah….
Terima kasih.
Aku merindukanmu….
